Thursday, October 19, 2017

SEJARAH TEAKWANDO - ZAMAN KUNO



Latar belakang sejarah perkembangan Taekwondo dapat di lihat pada empat zaman, iaitu:-

                           1) Pada zaman kuno, 
                           2) zaman pertengahan 
                           3) zaman sekarang

Asal usul teakwondo di zaman Kuno merupakan digunakan manusia sebagai alat untuk mempertahankan dan melindungi diri dan kehidupanya dan dilakukan sepanjang hari. Perkembangan manusia tidak tidak lepas dari kegiatan / gerakan fizikalnya, tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Pada ketika ini juga manusia tidak berfikir untuk mempertahankan dirinya kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara ilmiahnya dapat mengembangkan teknik - teknik bertarung dengan tangan kosong. Setelah mereka pandai mempertahan diri mereka tanpa senjata, mereka telah memperkembangkan lagi seni bela diri ini, bahkan dijadikan pertunjukan dalam acara ritual. Manusia mempelajari teknik - teknik seni bela diri adalah dari pengalaman mereka menlawan musuh-musuh. Inilah yang menjadi dasar seni bela diri Taekwondo yang kita kenal sekarang, di mana pada masa lampau dikenal sebagai 'Subak" , "Taekkyon", " Takkyon" ,dan beberapa nama lagi. 


Pada asal mula sejarah Semenanjung Korea , ada 3 suku bangsa atau kerajaan yang mempertunjukan aksi seni bela diri dalam acara ritualnya. Ketiga kerajaan ini saling bersaing satu sama lain iaitu Koguryo, Paekje dan Silla. Semuanya melatih para kesatria mempertahankan negara, bahkan para kesatria yang tergabung dalam militan saat itu, menjadi warga negara mempunyai kedudukan yang sangat stabil. Menurut catatan , kelompok kesatria muda yang terdiri dari organiosasi seperti " Hwarangdo" di Silla dan "Chouisonin " di Koguryo, semuanya menjadikan latihan seni bela diri sebagai salah satu perkara penting yang harus dipelajari. Sebuah buku tentang seni beladiri yang disebut " Muye Dobo Tongji " menyebutkan : " ( Taekwondo) Seni pertarungan tangan kosong adalah dasar dari seni bela diri , yang membangun kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga beesatu dengan tubuh agar dapat bergerak bebas secara berluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang kritikal, ini menunjukkan ( Taekwondo ) dapat digunakan pada setiap saat.

Koguryo yang berdiri pada 57 tahun sebelum masihi di semenanjung Korea dibahagian utara, telah membentuk kesatuan para kesatria  yang disebut 'Sonbae',  bermaksud lelaki-lelaki yang bersifat baik dan tak pernah takut dalam bertarung atau peperangan. Dalam buku sejarah disebutkan bahwa saat Dinasti Chosun Kuno memerintah , tanggal 10 Maret setiap tahunnya pada hari raya Koguryo, masyarakat merayakannya dengan acara - acara kontes tarian pedang, memanah, subak ( Taekkyon ) dan sebagainya. Kontes Subak ( Taekyon ) sebutan untuk Seni beladiri Taekwondo pada masa itu adalah salah satu kegiatan yang sangat populer. Penemuan beberapa lukisan dinding makam pada masa Koguryo, yang menggambarkan 2 orang yang saling bertarung dalam sikap Takkyon ( Taekwondo ), membuktikan bahwa seni bela diri yang sekarang kita kenal sebagai Taekwondo telah dipraktikkan dari sejak 2000 tahun yang lalu di Semenanjung Korea.

Gambar di atas adalah lukisan dinding yang ditemukan pada langit - langit kuburan kerajaan Muyong - chong jaman dinasti Koguryo, yang menggambarkan 2 orang yang sedang mempraktekkan beladiri ( Taekwondo kuno )

Kerajaan Shilla berdiri pada tahun 57 sebelum masihi di tenggara semenanjung Korea, secara geografi tidak terancam dari luar, tetapi dengan berdirinya Kerajaan Pakje disisi barat dan awal serbuan dari Koguryo dari utara maka Kerjaan Shilla mempersenjata diri dengan meningkatkan dengan kemampuan seni bela diri yang berkembang saat itu. " Hwarangdo" adalah satu cara bela diri dari Shilla yang merupakan asimilasi dari sistem bela diri " Sonbae " dari Koguryo. Anggota - anggota Hwarang berlatih keras dengan semboyannya (moto @ matlamat) yang terkenal iaitu bakti kepada orang tua, setia pada negara & bangsa, pantang mundur dalam peperangan. Kim Yu Sin dan Kim Chun Chu yang memberikan sumbangan besar bagi penyatuan 3 kerajaan di Semennajung Korea. Dalam catatan peristiwa dari Chosun melukiskan kehidupan para Hwarang , sebutan bagi para kesatria yang mempelajari Hwarangdo, para hwarang di kelasikasi oleh kerajaan , dan setelahnya mereka hidup dan berkumpul dalam kelompok menurut yang mereka pelajari, seperti Subak ( bentuk dari Taekwondo kuno ), bermain pedang, berkuda dan bermain " Sirum" atau gulat gaya Korea. 

Ketika aman atau tiada peperangan, hwarang bekerja melayani masyarakat, membantu keadaan darurat dan membangun jalan dan benteng, siap mengorbankan hidupnya saat berperang. Hwarang sangat patuh pada ajaran dan disiplin pada agama Budha, dapat dilihat di Kyonju Museum sangat jelas ditunjukan bahawa seni bela diri ini dipraktikkan dikuil - kuil, digambarkan dengan adegan lelaki-lelaki yang nampak kuat dalam sikap berani dan mempertahankan diri dengan mwenggunakan tangan kosong. Sikap yang ditampilkan sangat menarik adalah sikap Kumgang Yoksa yang sama dengan sikap pada bela diri dan "Taekkyon" nampak atau muncul bersamaan , dan keduanya boleh dilihat pada Taekwondo sekarang . Ini membuktikan bahawa pada masa kerajaan Shilla " Subak" teknik-teknik tangan dan kaki tersebut dipakai dalam Taekwondo sekarang ini.

Gambar di atas adalah patung 2 eksatria yang sedang dalam pose atau sikap seni bela diri Kumgang Yoksa, yang terdapat pada gua Sokkuram di Kyongju, yang berasal dari abad ke 7.
Seni bela diri Taekkyon yang populer di Koguryo, ternyata tertulis juga di Shilla dan dibuktikan dengan : i. "Hwarang " ( Sonrang ) di Shilla mempunyai arti kata yang sama dengan "Sonbae" di Koguryo jika ditinjau dari sudut etymology. ii. Keduanya memiliki sistem organisasi dan hirarki yang sama. iii. Menurut catatan sejarah, Sonbae di Koguryo digunakan dalam kompetisi Taekkyon saat perayaan nasional, hwarang di Shilla juga memainkan Taekkyon ( Subak,dokkyoni, atau taekkoni ) dalam perayaan seperti "palkwanhoe" dan "hankawi", hal ini menunjukkan perkembangan secara sistematis teknik beladiri kuno ke Taekkyon / Sonbae yang menjadi dasar seni beladiri di Korea sekitar 200 tahun sesudah masehi. Mulai abad ke 4 sesudah masehi seni beladiri ini makin memasyarakat dan berkembang melalui sekolah / perguruan seni beladiri dengan berbagai kelompok teknik

No comments:

Post a Comment

Protected by Copyscape Plagiarism Software